Ketika kerumunan orang Islam meneriakkan yel-yel Islam, muncul kesan "menakutkan" bagi komunitas non Islam. Salahkah mereka kalau ngeri terhadap Islam ?
Dalam dunia pencitraan, kita sendirilah yang membentuk citra, positif atau negatif; baik atau buruk. Dan orang lain berhak penuh menilai kita.
Diterima atau tidak, aksi-aksi terorisme telah membentuk citra negatif pada Islam.
Pelaku tindak terror begitu yakin bahwa mereka melaksanakan amanat agama. Citra negatif makin kuat ketika muncul:
- Tim Pembela Muslim
Terkesan, pelakunya benar-benar muslim dan tindakannya adalah "tindakan islami" maka perlu dibela. Bagaimana dengan korban yang juga orang Islam, tidak perlukah dibela ? - Di wilayah kerusuhan, banyak orang menulisi rumah dan property-nya dengan tulisan "muslim" agar tidak jadi sasaran kerusuhan. Ini justru menunjukkan siapa pelaku terror/ kerusuhan ?
Syukron Hadi dan M. Irsyad dalam artikelnya berjudul
Akar Terorisme
menulis
Suatu pernyataan tekstual di dalam tradisi tidak bisa dilaksanakan apa adanya, melainkan harus dikaitkan dengan konteksnya. Ulil memaparkan, pada zaman nabi perang ekspansif merupakan suatu hal yang lumrah dilakukan dan belum ada aturan internasional seperti sekarang. Nabi hanya melanjutkan tradisi itu. Sangat tidak logis jika menerapkan ajaran jihad tersebut sekarang yang kondisi sosio-politiknya sangat jauh berbeda dengan masyarakat Islam pada masa itu.
http://islamlib.com/id/artikel/akar-terorisme/
Kalau link tidak bisa diakses, cobalah link di bawah ini
http://islamlib.com/id/c/diskusi/
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar